Berdirinya Al Azhar
Dalam sejarah dunia
keilmuan, Al Azhar merupakan Universitas tertua, tidak hanya di dunia Islam,
namun juga di seluruh dunia. Hal itu karena universitas-universitas di Amerika
dan Eropa baru didirikan dua abad setelah berdirinya Al Azhar, seperti
Universitas Paris didirikan pada abad ke-12 Masehi, Universitas Oxford di
Inggris pada abad ke-13, demikian juga universitas-universitas Eropa lainnya.
Universitas yang mengimbangi Al Azhar dari segi sejarahnya adalah Universitas
Qairawan di Kota Fez, Maroko. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Jami’ Al
Qairawan adalah Universitas tertua di dunia, karena pengajarannya sudah bermula
sejak didirikannya, yaitu sejak tahun 245 H./ 859 M., dan sampai sekarang masih
eksis. Ketika Maroko merdeka tahun 1956 M., Jami’ Al Qairawan ditetapkan
menjadi universitas yang terdiri dari tiga fakultas: Fakultas sastra, syari’ah
dan ilmu pengetahuan umum. Kalaupun Jami’ Al Qairawan adalah Universitas tertua
di dunia, tapi Al Azhar merupakan Universitas pertama yang para pengajarnya
didanai oleh negara. Di samping letak Mesir yang strategis ditengah dunia
Islam, menjadikan Al Azhar tempat tujuan menimba ilmu agama dari para
masyaikh-nya. Hanya saja, besarnya kedudukan Al Azhar bukan karena tertua atau
tidaknya, tapi lebih karena besar peran yang dijalankan dalam menjaga kemurnian
ilmu-ilmu agama, peradaban Islam dan bahasa arab sebagai bahasa Al Qur’an dan
Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti yang disebutkan oleh
Muhammad Kamal As Sayid Muhammad dalam bukunyaAl Azhar Jami’an wa Jami’atan Aw
Al Azhar fi Alfi ‘Am.
Al Azhar adalah sebuah
masjid sekaligus universitas di kota Kairo yang dibangun oleh Jauhar Al Katib
As Shaqly (Ilyas Ash Shaqly, panglima tentara Abu Tamim) setahun setelah
Dinasti Fatimiyah menaklukkan Mesir. Hal itu langsung dilakukan setelah mereka
mendirikan Markas Kerajaan baru (kota Kairo didirikan pada Jumadil 'Ula tahun
259 H./ Maret 873 M. Al Azhar didirikan pada bulan Ramadan tahun 361 H./ Juni
875 M.), kemudian bangunan ini langsung dipergunakan sebagai tempat shalat.
Masjid ini dibangun di sebelah Tenggara kota Kairo, berdekatan dengan Istana
Megah yang waktu itu berada diantara daerah Ad Dailam sebelah timur dan daerah
At Turk sebelah selatan.
Al Azhar adalah masjid
Jami' pertama yang dibangun di Kairo. Pada saat dibangun, ia berbentuk satu
bangunan yang terbuka di tengahnya (dalam bahasa Arab disebut "Shahn", meniru
arsitektur Masjidil Haram), di dalamnya ada 3 ruwaq (ruang
khusus yang dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar ataupun penampungan
pelajar), yang terbesar adalah Ruwaq Al Qiblah. Masa itu luasnya hanya setengah
dari luas bangunan sekarang.
Jauhar menorehkan tulisan
relief di sekitar Kubah yang bertahunkan 360 H., tulisan lengkap nashnya bisa
diketahui dalam tulisan Al Maqrizi (Al Khattat, jld. Ii, hal. 273, baris
24-26). Sejak saat itu pahatan tersebut menghilang. Para penguasa Bani
Fatimiyah kemudian memperluas bangunan masjid dan menetapkan wakaf khusus untuk
proses pembangunannya. Seperti yang dilakukan oleh Al Aziz Nazzar (365-386 H./
976-996 M.) yang menjadikan Al Azhar sebagai Akademi Keilmuan dan membangun
tempat tinggal yang bisa menampung sebanyak 35 orang bagi pelajar kurang mampu.
Diceritakan bahwa pada
bangunan pertama masjid ini terdapat relief burung-burung yang terpahat pada
puncak tiga tiang yang berfungsi untuk menjaga agar jangan sampai burung-burung
bersarang di situ. Ketika Al Hakim Bi Amrillah berkuasa (386-411 H./ 996-1020
M.), ia memperluas bangunan masjid dan mengkhususkan wakaf untuk proses
pembangunan dan bangunan lainnya. Hal ini juga disampaikan oleh Al Maqrizi
ketika ia menceritakan peristiwa yang terjadi pada tahun 400 H. Pada tahun 519
H., Al Amir membuat mihrab di dalamnya yang kemudian dihiasi dengan
ukiran-ukiran kayu. Ukiran-ukiran itu masih tersimpan rapi di Darul Atsar
Al 'Arabiyah (Pusat Peninggalan Bersejarah Arab) di Kairo.
Nama Al Azhar berhubungan
erat dengan Dinasti Fatimiyah yang mendirikannya. Disebutkan bahwa Al Azhar
sebagai simbol bagi Sayidah Fatimah Azzahra Radhiyallahu 'Anha putri Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seperti dapat dilihat dari salah satu koridor Al
Azhar diberi nama Fatimah Radhiyallahu 'Anha. Dinasti Fatimiyah mulanya adalah
Dinasti Syi'ah Bathiniyah yang berusaha untuk menyebarkan ajarannya dengan
pertama kali mendirikan Masjid Al Azhar.
Beberapa masa kemudian
Shalahuddin Al Ayubi berhasil menaklukkan Dinasti Fatimiyah. Pada masa
kekuasaannya Al Azhar ditutup sama sekali dan dilarang digunakan untuk
aktifitas apapun. Hal ini dilakukan untuk membersihkan pengaruh-pengaruh ajaran
Syi'ah yang masih kental. Sebagai gantinya, Shalahuddin mendirikan
madrasah-madrasah di sekitar Al Azhar yang mengajarkan Islam dengan pemahaman
empat Mazhab Sunni, yang bangunannya masih utuh sampai saat ini. Al Azhar
ditutup untuk umum selama hampir satu abad pada masa Dinasti Al Ayubi dan
kemudian para bangsawan dan pejabat kerajaan mulai menaruh perhatian terhadap
Al Azhar yang masih potensial.
Pada masa Dinasti Mamluki
yang dipimpin raja Az Zahir Bibris, diadakan rekonstruksi dan perluasan Al
Azhar. Raja ini memberikan sugesti untuk dibuka kembali aktifitas belajar
mengajar di Al Azhar. Dan mulai tahun 665 H./ 1266-1267 M., khutbah
di Masjid Al Azhar diperbolehkan kembali. Langkah positif ini memperoleh
sambutan hangat dari semua kalangan terutama penduduk Mesir masa itu dan para
penguasa berikutnya mengikuti jejak langkahnya untuk mengeksiskan dan
memakmurkan Al Azhar. Sehingga pancaran cahaya Al Azhar yang sudah redup padam
itu lambat laun kembali bersinar terang.
Ketika tentara Mongolia
membumi hanguskan kota Baghdad, umat Islam kehilangan Pusat Keilmuan di Timur.
Ditambah lagi kota Andalus sebagai kota peradaban Islam masa itu jatuh ke
tampuk kekuasaan kaum Kristen Faranj yang kemudian mereka menghilangkan seluruh
simbol peninggalan peradaban Islam di sana. Setelah itu pasukan Dinasti Mamluki
yang dipimpin Sultan Qathz berhasil menaklukkan pasukan Mongol yang bergerak ke
arah Palestina menuju Mesir, pada pertempuran yang terkenal di 'Ain Jalut (658
H./ 1260 M.).
Kabar gembira ini
menginspirasi para ulama dan penuntut ilmu datang berbondong-bondong ke Mesir
yang merupakan negara Islam teraman pada masa itu. Hal ini pula membuat Al
Azhar menjadi kiblat keilmuan agama bagi umat Islam, karena di situlah para
ulama dari berbagai penjuru dunia berkumpul dan menuangkan ilmu mereka. Di
samping itu pula para penguasa Dinasti Mamluki sangat memperhatikan dan
memelihara eksistensi Al Azhar dengan mencurahkan segala kemampuannya. Harta
wakaf, infak dan sedekah senantiasa mengalir tanpa henti untuk menjamin
kesejahteraan dan kesinambungan para pendidik dan pelajar.
Pada tahun 665 H./ 1266
M., Pangeran 'Izzuddin Aidmar melakukan renovasi bangunan yang hampir rusak. Ia
juga meminta kembali halaman di sekitar Al Azhar yang sempat diserobot penduduk
setempat. Rasa syukur ini dirayakan dengan melaksanakan shalat Jum'at bersama
seluruh penduduk negeri di Al Azhar pada tanggal 18 Rabi'ul Awal 665 H./ 19
Nopember 1266 M.
Kejadian gempa dahsyat
pada tahun 702 H./ 1302 – 1303 M., telah merusak masjid Al Azhar. Pangeran Sahd
pun pada saat itu segera melakukan renovasi masjid besar-besaran. Perluasan
masjid kembali digulirkan pada tahun 725 H./ 1325 M. oleh Pegawai Hisbah kota
Kairo yaitu Muhammad bin Hassan Al As'ardi berasal dari kota Sa'rad, Armenia.
Pada masa Sultan An Nashir Muhammad bin Qalawun Al Mamluki, Pangeran Alauddin
Thibris – Panglima Tentara – mendirikan Madrasah Thibrisiyah yang kemudian
disandingkan dengan Masjid Al Azhar. Setelah itu Pangeran Alauddin Aqbagha
mendirikan pula Madrasah Aqbaghiyah di sebelah pintu yang indah arah sebelah
kiri yang dijadikan sebagai Pintu Utama Masjid.
Sultan At Thawasyi Basyir
Al Jamidar An Nasyiri merenovasi dan memperluas masjid lagi pada tahun 761 H./
1360 M. lalu melengkapinya dengan mushaf-mushaf, menetapkan Qari' khusus dan
menyediakan konsumsi makanan bagi fakir miskin setiap harinya. Tidak
ketinggalan pula, ia menganjurkan fikih Mazhab Hanafi diajarkan.
Pada masa Sultan Barquq
tahun 800 H./ 1360 M., menara masjid sempat runtuh dan langsung dibangun
kembali dengan biaya Sultan sendiri. Setelah masa itu menara masjid kembali
runtuh sebanyak dua kali pada tahun 817 dan 827 H./ 1414 dan 1423 M. yang
kemudian dibangun kembali pada masa itu juga. Pada masa Sultan ini pula
dibangun tempat penampungan air, tempat minum dan lampu sumber penerang.
Pada tahun 873 H./ 1468
M. Sultan Qaitbai Al Mamluki merobohkan pintu sebelah barat laut masjid dan
diganti dengan mendirikan menara tempat azan di sebelah kanan masjid. Menara
ini masa itu menjadi suatu menara paling indah di Kairo. Sultan Qaitbai adalah
bangsawan yang sangat peduli terhadap perkembangan Al Azhar dan paling berjasa
dalam membangun tempat penampungan bagi kaum fakir miskin dan para ulama.
Bahkan Ibnu Iyas berkata tentangnya bahwa sultan ini memiliki kebiasaan unik,
yaitu dia selalu datang ke Al Azhar menyamar dengan mengenakan pakaian Maroko
guna menyimak apa yang dibincangkan orang-orang tentang dirinya.
Masa-masa terakhir
Dinasti Mamluki tahun 1190 H./ 1776 M. Sultan Qanshuh Al Ghuri Al Mamluki
membangun menara masjid Al Azhar paling tinggi yang mempunyai dua kepala dan
menara unik inilah yang menjadi ciri khas dari Dinasti Mamluki. Kemudian
menjadi lambang keagungan Masjid Al Azhar dewasa ini.
Pada masa Daulah
Utsmaniyah, Al Fatih Salim Syah sering kali mengunjungi Al Azhar dan shalat di
dalamnya. Ia memerintahkah agar Al Qur'an selalu dikumandangkan dan sedekah
disemarakkan untuk keperluan penuntut ilmu yang kurang mampu. Pada tahun 1148
H./ 1735-1736 M. dibangun sebuah ruang khusus shalat untuk orang-orang tuna
netra yang disebut Zawiyah Al 'Umyan oleh Utsman Katakhda Al Qazdughali.
Salah satu kerabat Utsman
Al Qazdughali bernama Abdurrahman Katakhda adalah orang terdermawan terhadap
perkembangan Al Azhar pada masa itu. Ia membangun koridor Al Azhar, membuat
arah kiblat shalat, mimbar, madrasah anak yatim piatu, talang air dan kuburan.
Adapun pada masa Muhammad
Ali Pacha, pada awalnya mereka acuh tidak acuh terhadap Al Azhar. Dan pada
akhir abad ke XI H./ XVII M. ditetapkanlah kedudukan Syekh Al Azhar sebagai
pimpinan tertinggi.
Sejak abad ini sistem
Syekh atau Imam Al Akbar merupakan ciri khusus yang digunakan dalam lembaga
tersebut, bahkan dapat dikatakan suatu sistem yang mampu memelihara eksistensi
Al Azhar hingga ratusan tahun. Ada sepuluh syekh yang berada pada masa daulah
ini, antara lain:
1. Syekh Imam Asy Syarief Muhamad bin Abdullah Al Kharasyi Al
Maliki
2. Syekh Imam Ibrahim Muhammad Al barmawi
3. Syekh Imam Muhammad An Nasyraty Al Maliki
4. Syekh Imam Abd el-Baqi Al Qulaeny Al Maliki
5. Syekh Imam Muhammad Syanan Al Maliki
6. Syekh Imam Ibrahim Musa Al Fayoumy Al maliki
7. Syekh Imam Abdellah Al Syabrawi Asy syafi'i
8. Syekh Imam Muhammad Salim Al Hifny Asy syafi'i
9. Syekh Imam Abd Raouf Muhammad As Sujaeni Asy syafi'i
10. Syekh Imam Ahmad Abdel Monem Ad damanhuri
Kemudian pada akhir tahun
1220 H./ 1805 M. Mesir berada di tangan Muhammad Ali. Dan Al Azhar tetap baku
menggunakan sistem Masyekhakh-nya. Selanjutnya nama-nama Imam yang menduduki
kursi Masyekhakh sebagai berikut:
11. Syekh Imam Abdurrahman Umar Al Hanafi
12. Syekh Imam Abu Shalah Ahmad Musa Al Arusy Asy Syafi'i
13. Syekh Imam Abdullah Asy Syarqawi Asy Syafi'i
14. Syekh Imam Muhammad Asy Syanwani
15. Syekh Imam Muhammad Al Arusi
16. Syekh Imam Ahmad Ali Ad Damhuji
17. Syekh Imam Hasan Muhammad Al 'Athar
18. Syekh Imam Hasan Al Quesni
19. Syekh Imam Ahmad Ash Shaim As safti
20. Syekh Imam Ibrahim Al Bajuri
21. Syekh Imam Musthafa Al Arusi
22. Syekh Imam Muhammad Al Abbasi Al Mahdi Al Hanafi
23. Syekh Imam Muhammad Al Imbabi Asy Syafi'i
24. Syekh Imam Hasunah An Nawawi Al Hanafi
25. Syekh Imam Ali Muhamad Al Bablawi Al Maliki
26. Syekh Imam Salim Al Bisyri Al Maliki
27. Syekh Imam Ali Muhammad Al Bablawi Al Maliki (yang kedua
kali)
28. Syekh Imam Abdurrahman Asy Syirbini
29. Syekh Imam Hasunah An Nawawi Al Hanafi (yang kedua kali)
30. Syekh Imam Salim al-Bisyri Al-Maliki (yang kedua kali)
31. Syekh Imam Muhammad Abu Fadhal Al Gizawi
32. Syekh Imam Muhammad Musthafa Al Maragi
33. Syekh Imam Muhammad Al Ahmady Adzawahiri
34. Syekh Imam Muhammad Musthafa Al Maragi (yang kedua kali)
35. Syekh Imam Musthafa Abdurraziq
36. Syekh Imam Muhammad Ma'mun Asy Syanwani
37. Syekh Imam Abdul Majid Salim
38. Syekh Imam Ibrahim Hamrusi
39. Syekh Imam Abdul Majid Salim (yang kedua kali)
Pada dua kepemimpinan
belakangan ini Mesir tengah mengalami kegoncangan politik besar-besaran,
sebagai periode baru menuju Mesir Modern, ditandai dengan terjadinya revolusi
juli 1952 M. yaitu penggulingan Gamal Abdul Naser terhadap raja Faruq Dinasty
Kheidio, sekaligus peralihan sistem kerajaan ke sistem republik dan
pengembalian ibukota dari Iskandariyah ke Kairo. Adapun sistem Masyekhah Al
Azhar terus berlangsung dan berjalan dengan gemilang. Generasi penerusnya
yaitu:
40. Syekh Imam Muhammad Al Hadhr Husein
41. Syekh Imam Abdul Rahman Taj
42. Syekh Imam Mahmud Syaltut
43. Syekh Imam Hasan Ma'mun
44. Syekh Imam Muhammad Al Fahham
45. Syekh Imam Gadul Haq Ali Gadul Haq
46. Syekh Imam Muhammad Sayyed Thantahwi
47. Syekh Imam Ahmad Thayib
Pada masa Sultan Salim I
Al Utsmani terjadi kefakuman perkembangan keilmuan di Al Azhar karena
dikirimnya sejumlah ulama-ulama Al Azhar ke Al Astanah – ibu kota Dinasti
Utsmaniyah masa itu – padahal mereka adalah orang-orang pilihan dari Empat
Mazhab Sunni. Akan tetapi pada masa-masa terakhir kekuasaan mereka, para
penguasa mengerahkan seluruh kemampuannya untuk tetap menjaga nama besar dan
keagungan Al Azhar.
Ruangan Masjid Al Azhar Pada Masa Berikutnya
Berdasarkan arsip resmi
tahun 1268 H./ 1815 M., ruangan dan ruwaq Al Azhar terbagi atas nama-nama di
bawah ini:
1. At Turk (tempat orang Turki)
2. Asy Syawam (tempat orang Syam)
3. Al Kurd (tempat orang Kurdi)
4. Al Magharibah (tempat orang Afrika Utara)
5. Al Bukhara (tempat orang Asia Tengah)
6. Ash Sha'adiyah (tempat penduduk pedalaman Mesir)
7. Ar Riyafah (tempat penduduk Delta, Mesir) atau Al Manafiyah
(tempat penduduk Manufiyah, Mesir) atau Syekh Syanwati
8. Al Bahawirah (tempat penduduk Buhairah, Mesir)
9. Asy Syekh Al Bajuri
10. Al Madrasah Al Ibtighawiyah
11. Al Falatsah (tempat orang Afrika Tengah)
12. Asy Syekh Tsu'ailib
13. Ad Danasyirah (tempat orang Danusyirah dan sekitarnya)
14. Ibnu Mu'ammar
15. Asy Syarqawi (tempat penduduk Timur, Mesir)
16. Asy Syabrakhiti
18. Al Hunud (tempat orang India)
19. Al Baghdadiyah (tempat orang Baghdad dan sekitarnya)
20. Ad Damanhuri (tempat penduduk Damanhur, Mesir)
21. Al Basyabisyah (tempat orang Basyisi dan sekitarnya)
22. Ad Dakarinah atau Ash Shulaihiyah
23. Darfour
24. Al Yamaniyah
25. Al Barabirah (tempat orang Barbar)
26. Al Jawi (tempat orang Jawa dan sekitarnya)
27. Al Imarah Al Jadidah atau Muhammad Al Maghrobil
28. As Sulaimaniyah
29. Isa Afandi
30. Al Jabartiyah
Sebagian dari ruwaq-ruwaq
di atas masih dipergunakan sampai pada awal tahun 1998 dan kemudian dikosongkan
dengan alasan akan direnovasi. Adapun para pelajar dan mahasiswa Al Azhar yang
sempat tinggal di ruwaq itu – sebagian mereka orang Indonesia – dipindahkan ke
sebuah gedung di kawasan km 4,5 Nasr City, Kairo, dengan memperoleh pelayanan
yang hampir sama dengan mereka yang tinggal di asrama Al Azhar. Yang membedakan
adalah mereka tidak menerima beasiswa resmi dari Al Azhar.
Semenjak direnovasi
sampai sekarang, ruwaq-ruwaq itu tidak pernah lagi dipakai sebagaimana fungsi
awalnya dahulu. Mengingat bahwa Masjid Al Azhar saat ini sudah berada di bawah
kendali Kementrian Wakaf Mesir – seperti masjid-masjid lain di Mesir – dan
bukan lagi di bawah kebijakan Grand Syekh Al Azhar.
Sistem Pendidikan Masa Lalu
Berdasarkan UU No. 10
tahun 1911, Al Azhar beralih ke periode baru dalam sistem pendidikan dengan
bertambahnya materi-materi pelajaran yang disampaikan. Syekh Al Azhar memiliki
kewenangan khusus untuk membuat suatu majelis yang berada langsung dibawah
pimpinannya dan majlis itu dinamakan Majelis Tertinggi Al Azhar (Majlis Al
Azhar Al A'la). Dibentuk pula suatu Lembaga Tokoh-tokoh Ulama (Hai'ah Kibar Al
'Ulama), kemudian setiap mazhab mempunyai Syekh sendiri yang menjadi
pimpinannya dan setiap lembaga pendidikan (ma'had) mempunyai manajemen sendiri.
Al Azhar tunduk kepada
keputusan UU tersebut dengan berbagai perubahan yang ditetapkan setelahnya.
Sampai kemudian keluar UU No. 33 tahun 1923 untuk membentuk Bagian
Spesialisasi. Pada tanggal 24 Jumadil Akhir 1349 H./ 1930 M., dikeluarkan SK
dengan UU No. 49 tahun 1930 yang mengatur ulang sistem Masjid Al Azhar serta
lembaga-lembaga ilmu agama Islam. UU ini mulai berlaku pada tahun 1931.
UU ini telah membentuk
pendidikan di Al Azhar menjadi empat tingkat:
1. Ibtida'i. Masa pendidikannya empat tahun. Materi yang
diajarkan: Fikih, Akhlak, Tajwid, Hafalan Al Qur'an, Tauhid, Biografi Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Muthala'ah dan Mahfuzhat, Mengarang,
Nahwu, Sharf, Dikte, Kaligrafi, Sejarah, Geografi, Ilmu Hitung, Aritmatika
Sains, Pedoman Ilmu, Kesehatan, Menggambar.
2. Tsanawi. Masa pendidikan lima tahun. Materi yang disampaikan:
Fikih, Tafsir, Hadits, Tauhid, Hafalan Al Qur'an, Nahwu, Sharf, Balaghah
(bayan, badi', ma'ani), Ilmu Syair, Muthala'ah dan Mahfuzhat, Mengarang, Sastra
Arab, Matematika, Ilmu Biologi, Kimia dan sejarahnya, Mantiq, Sejarah,
Geografi, Akhlak, Pendidikan Kenegaraan.
3. 'Aly. Masa pendidikan empat tahun dan terbagi menjadi empat
fakultas:
A. Fakultas Bahasa Arab. Materi yang diajarkan: Nahwu, Wadh'u,
Sharf, Mantiq, Balaghah, Sastra Arab dan Sejarahnya, Sejarah Arab Pra Islam,
Sejarah Bangsa-bangsa Islam, Tafsir, Hadits, Tauhid, Mengarang dan Fikih Bahasa
Arab.
B. Fakultas Syari'ah. Materi yang diajarkan: Tafsir, Matan
Hadits, Mushtalah Hadits dan Perawi Hadits, Ushul Fikih, Sejarah Syari'at
Islam, Fikih berkomparasi pada problematika global serta hikmah penetapan hokum
Islam, Sastra Bahasa Arab, Ilmu Balaghah dan Mantiq.
C. Fakultas Ushuluddin. Materi yang disampaikan: Tauhid
dilengkapi dengan argument dan sangkalan syubhat yang marakk dewasa ini, Ilmu
Logika dan Debat, Filsafat dilengkapi bantahan terhadap filsafat yang
berlawanan dengan agama, Akhlak, Tafsir, Hadits, Sastra dan Sejarah Bahasa
Arab, Sejarah Islam, Ilmu Jiwa dan Ilmu Balaghah.
4. Kuliah Spesialisasi. Terbagi dua macam: Spesialisasi Profesi
dan Spesialisasi Materi.
Tujuan dari Spesialisasi
Profesi adalah untuk menyiapkan ulama-ulama yang berprofesi sebagai pemberi
nasehat dan bimbingan, menjadi hakim di peradilan syari'ah, memberi fatwa,
advokasi atau pendidik di lembaga-lembaga pendidikan agama dan sekolah
pemerintah.
Adapun tujuan dari
Spesialisasi Materi adalah mempersiapkan ulama-ulama berkualitas tinggi di bidang
ilmu-ilmu pokok pada tiga fakultas tersebut. Pemegang ijazah pada Spesialisasi
Materi ini akan dinobatkan sebagai pendidik atau dosen di fakultas atau bagian
spesialisasi.
Ada juga bagian
pendidikan lain yang tidak termasuk ke dalam sistem di Al Azhar di mana para
anak didiknya tidak memenuhi syarat bila mendaftar di fakultas atau bagian
resmi. Banyak juga di antara mereka yang berminat ingin memperluas wawasan
Bahasa Arab dan Ilmu Agamanya.
Ijazah Al Azhar
Ijazah Al Azhar yang akan
diberikan kepada mereka yang sukses pada ujian akhir masa pendidikannya adalah
sebagai berikut:
1. Ijazah Ibtida'i. Diberikan kepada mereka yang telah
menamatkan level ibtida'inya dan memberikan hak kepada pemegangnya untuk
melanjutkan ke jenjang level Tsanawi Bagian Pertama.
2. Ijazah Tsanawi Bagian Pertama. Diberikan kepada mereka yang
menyelesaikan tahun pertama, kedua dan ketiga di Tsanawi Bagian Pertama dan
memberikan hak bagi pemegangnya untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya Tsanawi
Bagian Kedua.
3. Ijazah Tsanawi Bagian Kedua. Diberikan kepada mereka yang
menyelesaikan masa pendidikannya tahun keempat dan kelima dari Tsanawi Bagian
Kedua dan memberikan hak penuh kepada pemegangnya untuk bergabung di fakultas
yang ada.
4. Ijazah 'Aliyah. Dianugerahkan kepada mereka yang menamatkan
masa pendidikannya di salah satu fakultas. Bagi pemegangnya dapat bekerja pada
bagian Tata Usaha di Masjid Al Azhar, Lembaga Agama, Peradilan Agama, Majelis
Hisbah dan Wakaf, Mengajar di Masjid-masjid, Menjadi Khatib, Imam Masjid dan
Penghulu Resmi di Kantor Urusan Agama.
5. Ijazah 'Alamiyah. Dianugerahkan kepada mereka yang menamatkan
pendidikan spesialisasi profesi atau materi. Mereka yang memperoleh ijazah ini
bisa mengajar di Lembaga-lembaga Pendidikan Agama atau Sekolah-sekolah Pemerintah.
Bisa juga mengajukan ke Peradilan Agama, Lembaga Fatwa, Advokasi di Peradilan
Syari'ah dan Majelis Hisbah.
6. Ijazah 'Alamiyah dengan gelar Ustadz (Profesor).
Dianugerahkan kepada mereka yang ahli dalam satu bidang materi pendidikan. Bagi
pemegangnya bisa mengajar di fakultas-fakultas dan di bagian spesialisasi.
Dewan Tertinggi Al Azhar
UU No. 193 menetapkan
adanya Badan Judikatif yang mempunyai hak meninjau aturan dan undang-undang
yang diberlakukan untuk perjalanan pendidikan dan manajemen di Al Azhar dan
lembaga-lembaga pendidikan agama. Badan ini disebut Majelis Tertinggi Al Azhar,
yang terdiri dari:
1. Syekh Jami' Al Azhar
2. Deputi (Wakil) Jami' Al Azhar dan lembaga-lembaga pendidikan
Islam. Ia berhak memegang kepemimpinan majelis bila Syekh Al Azhar berhalangan.
3. Mufti Diyar Masriyah.
4. Para Syekh di tiga fakultas di atas.
5. Deputi Departemen Al Haqqaniyah.
6. Deputi Departemen Wakaf.
7. Deputi Departemen Hubungan Sosial.
8. Deputi Departemen Keuangan.
9. Dua pejabat anggota Lembaga Tokoh Agama yang ditetapkan
dengan mandat presiden selama dua tahun.
10. Dua pejabat yang eksistensinya berguna bagi kepentingan
pendidikan di Al Azhar dan lembaga-lembaga pendidikan Islam dan diputuskan
dengan mandat presiden selama dua tahun.
Struktur Badan-Badan di Al Azhar
Berdasarkan undang-undang
revolusi yang dikeluarkan tahun 1961, institusi Al Azhar terdiri dari
elemen-elemen sebagai berikut:
1. Syekh Al Azhar ( Al Imam Al Akbar/ Grand Syekh ), pimpinan tertinggi
institusi Al Azhar, diangkat melalui ketetapan presiden dari salah satu anggota
Majma’ Al Buhuts Al Islamiyah, atau orang yang memenuhi persyaratan untuk
menjadi anggotanya.
2. Wakil Syekh Al Azhar, yang harus memenuhi syarat seperti yang disyaratkan
bagi Syekh Al Azhar.
3. Diangkat juga kementrian Al Azhar.
Disamping itu, ditetapkan lima badan atau lembaga yang menginduk kepada Al
Azhar, yaitu :
1. Al Majlis A’la lil Azhar ( Majlis Tinggi Al Azhar ).
2. Majma ‘Al-Buhuts Al Islamiyah ( Lembaga Riset Islam ). Lembaga ini memiliki
tiga divisi: Divisi Al Bu’uts Al Islamiyah, Divisi Ad Da’wah wal Irsyad, dan
Divisi Riset dan Penerbitan yang mengelola majalah Al Azhar.
3. Kantor kebudayaan dan Al Bu’uts Al Islamiyah ( kemudian digabung ke dalam
Majma’ Al Buhuts Al Islamiyah ).
4. Universitas Al Azhar.
5. Al Ma’ahid Al Azhariyah.
Syekh dan Rektor Al
Azhar, dua-duanya mempunyai posisi penting, tapi jangkauan perannya berbeda.
Syekh Al Azhar memimpin keseluruhan lembaga Al Azhar. Sedangkan Rektor Al Azhar
hanya menangani Universitas.
Wajah Modern Al Azhar
Pada tahun 1961, pada
masa Syekh Mahmud Syaltut, dikeluarkanlah undang-undang no. 103 tahun 1961 yang
menetapkan fakultas-fakultas cabang ilmu pengetahuan umum, seperti fakultas
kedokteran, perdagangan, tehnik, pertanian, farmasi, dan lainnya yang dapat
kita saksikan hingga sekarang. Ini merupakan kemajuan yang patut kita syukuri.
Sebagai universitas
modern, Al Azhar turut membuka model kuliah yang diklasifikasikan dalam dua
kelompok fakultas: ‘Ilmi (sains) dan Adaby (agama). “Gedung pusat” kedua bentuk
fakultas itu juga terpisah, fakultas-fakultas ‘Ilmi sebagian besar menempati
kawasan Nasr City. Sedangkan yang Adaby umumnya berada di daerah Husein,
kedua-duanya masih dalam kota Kairo.
Meskipun ada
pengelompokan fakultas, namun bukan maksud Al Azhar untuk memisahkan studi
bidang umum dan agama, tapi lebih sebagai upaya menuju spesialisasi bidang
studi bagi para mahasiswanya. Al Azhar juga menyediakan fakultas khusus putri
(Kulliyatul Banat) yang terpisah dari mahasiswa putra (Banin).
Selain universitasnya
yang berkedudukan di Kairo, Al Azhar pun telah lama membuka cabang-cabangnya di
berbagai provinsi di Mesir, seperti di Iskandariyah, Thanta – Muhafadzoh
Gharbiyah, Manshurah dan Tafahna Al Asyraf – Muhafadzoh Daqahliah, Zagaziq –
Muhafadzoh Syarqiyyah, Assyuth, Dimyath, Damanhur – Muhafadzoh Buhairah dan
sebagainya. Pada masa kepemimpinan Rektor Al Azhar Prof. DR. Ahmad Omar Hasyim,
Al Azhar terus bergerak ke depan dalan berbagai segi, termasuk memajukan urusan
administrasi yang kelihatan kurang efektif.
Fakultas-Fakultas Al Azhar Agama Putra terdiri dari:
I. Fakultas Ushuluddin(Gelar License); masa
kuliah selama empat tahun, dengan jurusan-jurusan sebagai berikut:
a. Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur'an
b. Hadis dan Ilmu Hadis
c. Akidah Filsafat
d. Dakwah dan Peradaban Islam
II. Fakultas Syari'ah (Gelar License);
dengan jurusan sebagai berikut:
a. Program Under Graduate, dengan jurusan:
1. Syariah Islamiyah (4 tahun)
2. Syariah dan Hukum (5 tahun)
b. Program Post Graduate, dengan jurusan:
a. Ushul Fikih
b. Perbandingan Mazhab
c. Perbandingan Hukum
d. Sosial Politik.
III. Fakultas Dakwah (Gelar License);
jurusan-jurusannya baru ada pada Post Graduate:
1. Perbandingan Agama
2. Kebudayaan Islam.
IV.Fakultas Studi Islam (Gelar License);
dengan jurusan pada Post Graduate:
V. Fakultas Bahasa Arab (Gelar License);
dengan jurusan:
1. Bahasa Arab dan Adab (Umum)
2. Sejarah dan Peradaban,
3. Pers dan Informasi.
Fakultas-Fakultas Agama Al Azhar Puteri:
I. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab (Gelar
License); dengan jurusan sebagai berikut:
1. Syari'ah Islamiyah
2. Ushuluddin
3. Bahasa Arab
Fakultas-fakultas Umum Putra Universitas Al Azhar Mesir:
1. Fakultas Perdagangan (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat III:
Jurusan A’mal wa Muhasabah (Management).
Ihsha’ (Akutansi).
2. Fakultas Farmasi (Gelar Bachelor).
3. Fakultas Kedokteran Gigi (Gelar Bachelor).
Diawali satu tahun masa persiapan sebelum kuliah dan satu tahun masa praktek
setelah kuliah.
4. Fakultas Pertanian (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat III:
Jurusan Umum.
Jurusan Pembasmi Hama.
Jurusan Persusuan.
Jurusan Ekonomi Pertanian.
Jurusan Perkebunan.
Jurusan Produksi Hewan.
Jurusan Pengadaan Pangan.
Jurusan Pertenaian Genetika Serangga Produktif.
Jurusan Agronomi.
Jurusan Agrologi.
Jurusan Teknik Pertanian.
Jurusan Produksi Pertanian.
Jurusan Penyakit Tumbuh-tumbuhan.
Jurusan Hewan Pertanian dan Nematoda.
Jurusan Produksi Ikan.
5. Fakultas Teknik (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat I:
Jurusan Teknik Sipil.
Jurusan Teknik Rancang Bangun.
Jurusan Teknik Mesin.
Jurusan Sistem Teknik dan Akutansi.
Jurusan Teknik Pertambangan dan Perminyakan.
Jurusan Teknik Elektro.
6. Fakultas Bahasa dan Terjemah (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat I:
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.
Jurusan Bahasa dan Sastra Spanyaol.
Jurusan Bahasa dan Sastra Ibrani.
Jurusan Bahasa dan Sastra Turki.
Jurusan Bahasa dan Sastra Prancis.
Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman.
Jurusan Bahasa dan Sastra Parsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Afrika.
Jurusan Bahasa Urdu.
Jurusan Bahasa Eropa Lama.
Jurusan Bahasa Cina.
Jurusan Terjemah Bahasa Inggris.
Jurusan Studi Islam dengan Bahasa Inggris.
Jurusan Studi Islam dengan Bahasa Jerman.
Jurusan Studi Islam dengan Bahasa Prancis.
7. Fakultas Sains (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat I:
Jurusan Fisika.
Jurusan Kimia.
Jurusan Biologi.
Jurusan Botani.
Jurusan Mikrobiologi.
Jurusan Zoologi.
Jurusan Matematika.
Jurusan Fisiologi.
8. Fakultas Pendidikan (Gelar License).
Penjurusan dimulai pada tingkat I:
Jurusan Studi Islam.
Jurusan Studi Arab.
Jurusan Studi Inggris.
Jurusan Geografi.
Jurusan Sejarah.
Jurusan Perpustakaan.
Jurusan Informasi dan Teknologi Pendidikan.
Jurusan Bidang Penyuluhan dan Kemasyarakatan.
Fakultas-fakultas Umum Putri Universitas Al Azhar Mesir:
1. Fakultas Study Kemanusiaan.
Memiliki beberapa bidang (syu’bah) sbb:
Bidang Humaniora (Gelar License).
Jurusan Psikologi
Jurusan Sosiologi Sejarah
Jurusan Geografi
Bidang Bahasa Eropa dan Terjemahan (Gelar License).
Jurusan Bahasa Inggris dan Terjemah
Jurusan Bahasa Prancis dan Terjemah
Bidang Bahasa Timur (Gelar License).
Jurusan Bahasa Parsi dan Ibrani
Bidang Tarbiyah (Gelar License).
Jurusan Adab dan Tarbiyah
Bidang Manuskrip, Perpustakaan dan Informasi (Gelar License).
2. Fakultas Perdagangan (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat III:
Idarah A’mal wa Muhasabah (Management).
Ihsha’ (Akutansi).
Iqtishad (Ekonomi).
3. Fakultas Kedokteran (Gelar Bachelor).
4. Fakultas Farmasi (Gelar Bachelor).
5. Fakultas Sains (Gelar Bachelor).
Penjurusan dimulai pada tingkat I:
Jurusan Fisika.
Jurusan Kimia.
Jurusan Botani.
Jurusan Zoologi.
Jurusan Matematika.
Untuk fakultas-fakultas
agama bagi orang asing (selain Mesir) tidak dipungut biaya kuliah, sedangkan
untuk fakultas umum bagi orang asing diwajibkan membayar biaya kuliah, kecuali
mereka yang mendapatkan beasiswa.
Disamping semua yang
telah disebutkan diatas, Al Azhar juga mempunyai lembaga-lembaga pendidikan
yang terdiri dari Madrasah Ibtidai'yah (setingkat SD), I'dadiyah (setingkat
SLTP), Tsanawiyah (setingkat SLTA), Sekolah Pendidikan Guru dan Institut Seni
Membaca dan Menghafal Al Qur'an.
Program Pendidikan
Pada setiap fakultas Al
Azhar terdapat dua program:
a. Program Under Graduate/ S1, dengan masa kuliah
minimal empat tahun. Lulusan program ini mendapat gelar Lc. (Licence) atau
BA. (Bachelor). Masa aktif kuliah dimulai pada bulan September
sampai Desember dengan ujian term I sekitar bulan Januari kemudian dilanjutkan
pada pertengahan Februari. Bulan Mei diakhiri dengan ujian term II dilanjutkan
ke bulan Juni. Pada program ini mahasiswa dituntut untuk:
1. Lulus pada setiap mata kuliah, apabila tidak lulus lebih dari
dua mata kuliah dianggap tidak naik tingkat dan harus mengulang mata kuliah
yang tertinggal ditahun berikutnya. Kesempatan mengulang selama dua tahun
berturut-turut, kalau masih gagal juga akan diberhentikan (mafsul/DO).
2. Diwajibkan menghafal Al-Qur'an sebanyak 2 juz untuk setiap tingkat
bagi mahasiswa asing non Arab.
b. Program Post Graduate (Dirasah 'Ulya), dibagi
dalam dua program:
1. Program Magister (Master), dengan masa
pendidikan selama dua tahun setelah Lc, ditambah dua tahun penulisan tesis.
Untuk meraih gelar Master dituntut:
- Hafal Al Qur'an 30 Juz bagi orang Arab dan 8 juz bagi non
Arab.
- Lulus setiap mata kuliah pada ujian lisan dan tulisan yang
diadakan dalam dua gelombang setiap tahunnya. Jika tidak lulus dalam satu mata
kuliah harus mengulang seluruh mata kuliah pada gelombang selanjutnya, dan
diberi kesempatan mengulang maksimal tiga tahun berturut-turut.
- Pada masa penulisan tesis harus mengajukan judul dengan
kerangka pembahasan, setelah diterima kemudian ditentukan pembimbing.
2. Program Doktor (DR/ PhD).
- Program ini berlaku hanya untuk lulusan Magister, dan diberi
waktu untuk penulisan disertasi minimal dua tahun.
- Setelah diterima judul disertasinya, kemudian akan ditentukan
pembimbingnnya.
Referensi:
- Fariq Al Buhuts Wad Dirasah Al Islamiyah, taqdim Dr. Ragheb Sargani, Al
Mausu’ah Al Muyassaroh fi At Tarikh Al Islami, cet.I, 1426H./2002M.
- Jamaluddin Ahmad Kholiq, Modul Orientasi Mahasiswa baru Angkatan 2004, cet.I,
Ramadan1425H./November2004,Kairo.
- KMA, Panduan Kemesiran dan Al Azhar, cet.III, Rabi’ul Akhir 1424 H. / Juni
2003, Kairo. Dan Al Azhar Jami’an wa Jami’atan Aw
Al Azhar fi Alfi ‘Am, Muhammad Kamal As Sayid Muhammad, dll.
Disusun Oleh: H. SYAHRUL AFRIZAL SITORUS LC. DIPL